Thursday 16 June 2016

Kelas Akselerasi saat Kuliah, Why Not?

Dalam satu setengah tahun terakhir ini, ketika gw bertemu dengan random people dan ditanya sudah lulus SMA belum? (Oke ini ngaco, tapi emang pernah ada orang khilaf yang nanya begitu *kesenengan*). Maksudnya, orang bertanya "Sudah semester berapa?" Gw cenderung akan menjawab "Semester terakhir" Lalu mereka bertanya lagi "Semester berapa?" Kalau gw sedang malas gw akan jawab semester 8. Tapi kadang gw jawab dg baik dan benar, semester 2, atau semester 4. Lalu pertanyaan lain akan muncul dan panjanglah lagi gw bercerita hahaha.

Oke sebenarnya gw akan jadi sales sedikit di postingan ini. *pasang muka dagang*

Jadi, di UI khususnya di Fakultas Teknik ada program bernama Fast Track. Singkat cerita, itu adalah program semacam aksel kalau di SMA / SMP. Kalo aksel sekolah irit setahun, nah ini juga sama. Jadi kuliah S1 + S2 irit setahun, alias cukup 5 tahun saja. Kok bisa? Bisa dong. Gampang aja, semester 7 di S1 dihitung sebagai semester 1 di S2 dan seterusnya. Wah belum skripsi dong? Yak benar sekali. Jadi ketika hectic semester 8 agak bersinergi dengan hecticnya semester 2 dari S2 yang menurut gw adalah semester terberatzzzzz selain semester yang ada thesisnya.

Lalu diakhir semester 8 dan dinyatakan lulus, mata kuliah S2 yang udah diambil sebelumnya tinggal di transfer deh dengan aturan dan jumlah tertentu (gausah dipikirin detailnya nanti bingung sendiri)
Lalu kamu tinggal melanjutkan semester 3 dan 4 seperti biasa, tanpa perlu repot-repot tes SIMAK UI lagi yey! Irit 750ribu formulir pendaftaran! *emak emak pelit*. Jadi kalau dilihat dari tahun angkatan masuk, kuliah S2nya hanya akan ada 2 semester ( 1 dan 2)

Oiya, selain waktunya yang dimerge, bayar kuliahnya pun diskon. Saat masih S1 cukup bayar kuliah seperti biasa. Waktu sudah ganti angkatan ke S2 baru perlu bayar Uang Pangkal dan bayar SPP 2 semester saja. Jadi irit berapa semester pemirsah? 2 semester! Yang kalau dikonversi ke rupiah yaitu irit 16 juta! Hore! Cukup buat berlangganan Tahu Bulat digoreng dadakan sampe mual *masih emak emak pelit*

Terus gimana cara daftarnya? Gampang, waktu semester 5 bakalan ada pendaftarabn. Cukup ajukan berkas dan tunggu pengumuman diterima atau nggak, jangan lupa diskusi dulu sama ortu dan PA. Untuk tahun 2016, syaratnya adalah TOEFL minimal 500 dan IPK 3.50. Selain itu juga perlu isi daftar rancangan IRS kuliah sampai lulus dan rencana penelitian yang kalo bisa sih nyambung sama S1nya.

Rasanya gimana? Seru seru sedap. Berhubung semester 7 gw sudah gabut dimana gw hanya sisa 1 matakuliah dan tidak mengerjakan skripsi karena malas, jadi beban bisa terbagi. Semester 2 adalah semester dengan matakuliah killer plus harus sambil skripsian. Rasanya mantap! Semester 3 jenuh-jenuhnya karena bawaanya pengen liburan atau iseng kerja. Dan tadaaa tau-tau udah semester 4.

Oiya, ndak perlu bahas pro dan kontra langsung kuliah lagi atau kerja dulu ya? Apalagi kalo bandingin sama nikah dulu, nanti jadi iklan pemutih wajah dong yang iklannya cewe nada manja bilang "S2 dulu apa nikah duluuuu yaaaa" :))) (ga nyambung banget itu iklan emang). IMO sih selera masing masing aja dan disesuaikan dengan faktor lain misal internal diri, materi dll aja. Di sini gw hanya membahas sedikit teknis soal program fast track FTUI, non teknisnya mungkin bisa dibahas lain kali. Pun kalau info gw masih kurang jelas *emang* bisa langsung download leaflet/brosurnya di eng.ui.ac.id hehe

Jadi, tertarikkah kamu untuk ikut program akselerasi? Di kampus lain juga ada kok tapi dengan biaya, ketentuan dan sistem yg ga mungkin persis sama dengan UI ya. Makanya, mending di UI aja! *inget, jadi sales* Atau dirasa kurang menantang? Baru baru ini ada versi akselerasi untuk S3 juga lho, S2-S3 dalam 4 tahun saja namanya PMDSU *gamau bayangin* huahaha

Cerita Beasiswa: China, Salju, dan Toiletnya

Sebenarnya gw bukan orang yg punya target untuk mendapatkan beasiswa kuliah master di luar negeri. Setidaknya untuk dekat-dekat ini. Dulu sih, pernah minat sama LPDP, tapi begitu tau LPDP ga mengizinkan awardeenya yg sudah S2 untuk apply S2 lagi, gw langsung jadi males (walaupun waktu nulis ini ya gw masih S1 sih hehe)

Sejak masuk semester 8, makin banyak aja teman-teman khususnya satu departemen yang menjadi awardee LPDP. Lha pada makan apa yak kok kayanya gampang banget. Kekepoan itupun muncul kembali waktu gw semester 4 kuliah S2. Hal itu karena temen satu circle kami, Ani, sangat getol dan gigih untuk apply beasiswa. Les di pare berbulan-bulan, dan segala macam aplikasi beasiswa sudah dilahapnya.

Suatu hari, ada postingan yang seliweran (gw lupa dimana) tentang Beasiswa Pemerintah China. Tanpa pikir panjang gwpun langsung mengcopas info itu ke Ani. Ani yang kayanya juga lagi lelah sama segala macem aplikasi beasiswa (April memang deadlinenya berbagai beasiswa) terlihat kurang tertarik dan bilang bahwa ia akan daftar kalau gw daftar dan anipun bilang kayanya belum banyak yang tau beasiswa china sehingga kemungkinannya akan lebih besar.

Gw memang punya mimpi cukup dalam untuk bisa tinggal/menetap di negara lain. Nggak harus kuliah tapi bisa juga kerja profesional, volunteer maupun casual work (contohnya dengan work and holiday visa australia). Ya nggak harus eropa sih, tapi kalau kebetulan 4 musim ya itu beneran mimpi kewujud banget. Dari dulu gw selalu suka blogwalking secara random ke blog blog para perantau. Lalu pas ngetrend blog mamasejagad / semacam blog mamarantau makin gemarlah gw membaca cerita-cerita mereka. Sampe sekarang pun, instagram gw banyak memfollow orang Indonesia yang tinggal di luar negeri terutama yg bersama keluarganya baik untuk kerja, kuliah maupun volunteer.

Tapi China? Ya ampun. Nggak pernah kepikiran! Ngebayangin bahasa dengan 4 nadanya aja udah mumet. Belum lagi paradigma mainstream tentag China yang kebanyakan kurang baik. Tapi ternyata, setelah gw menelaah lebih lanjut (sailah) ternyata banyak hal (awam) yang belum gw ketahui

1. China adalah negara dengan 4 musim. Yaps pasti ada aja yang nanya "emang di China ada salju?". Ada banget. Apalagi di China bagian utara yg saljuan banget (hahaha bingung ngomongnya) karena udah deket sama Rusia. Salah satu daerah yg terkenal dengan saljunya yaitu Harbin

2. China memiliki banyak sekali universitas dan beberapa diantaranya adalah universitas top dunia contohnya Beijing university, Fudan university, tsinghua university dan lain lain. Dan banyak kampus yang menawarkan pembelajaran bahasa inggris penuh alias "English taught". Huahahaha walaupun bahasa inggris gw acakadut tapi setidaknya aman lah ya nggak belajar pake tulisan antah berantah *jiper bayanginnya*

3. Dengan berada di China setidaknya gw akan terpush untuk bisa berbahasa Mandarin to. Satu nilai plus dibanding kuliah di negara berbahasa Inggris. Bisa belajar dan langsung latihan gratis di tempatnya langsung. Jadi inget kata kata lao shi (guru) les bahasa mandarin gw waktu SMP "Dari 4 orang di dunia, 1nya adalah Chinese". Apalagi gw punya passion di dagang berdagang. Wuih langsung kebayang ngimpor barang barang murah ajaib dari China terus ongkang-ongkang kaki di pelabuhan Tanjung Priok! :))

4. Banyak orang dari berbagai negara bercampur di China. Banyak pelajar terutama dari Asia Timur bahkan Eropa yang kuliah khususnya dengan beasiswa dari pemerintah China. Hayo siapa yang mikir satu China isinya cuma orang chinese doang? *tunjuk tangan*

Tapi selain beberapa poin di atas ternyata ada juga poin yang bikin rada brigidik bulu romaku huahaha

1. China dikenal dengan negara jorok. Terutama toiletnya. Kalau kata temen yg udah kuliah di Shanghai, makin desa makin jorok. Makin ke utara makin dingin dan susah air. Penasaran segimana joroknya? Googling sendiri ya, gw gatega jelasinnya! :))

2. Persaingan cukup ketat termasuk soal akademik. Mungkin karena manusianya banyak kali ya, jadi musti survive gitu. Oh iya, untuk program master di China rata-rata durasinya 3 tahun. Kalau untuk Doktor 3-4 tahun. Iya, jangan bandingin dengan Inggris yang cuma setahun :))

Untuk sementara itu dulu jebakan betmen yg bisa ditulis, kalo kebanyakan nanti keburu jiper dong! :)) Btw apakah akhirnya gw mendaftar Beasiswa Chinanya? Dan apa aja persyaratannya? Nyambung di post berikutnya yah!


Menuju Halal: Nano Nano Rasanya

Pernah dengar cerita ibu tetangga yang lagi pusing ngurusin lamaran anaknya? Atau curhatan teman sekelas/sekantor yang ngeluh cape karena ngurusin perintilan nikahan kakaknya?

Kebayang gak kalau kita sendiri yang di posisi itu? Iya kita yg nikah. Ibu dan adik kita sendiri yang pusing.

Lho kalo gitu calon mantennya enak-enakan aja ya. Banyak yg bilang gitu sih. Tapi setelah gw mengalami sendiri gw merasa, mungkin saat hari H gw udah ga ngurus ini itu (mungkin lho) ya secara gw cuma dipajang di pelaminan (tapi siapa juga yg tau sebenarnya kepala gw cenut cenut khawatir makanan cukup apa enggak? Enak apa enggak? Dan sebagainya dan sebagainya.)

Menurut gw, menikah itu, baik seribet apapun maupun sesederhana apapun acaranya pasti akan ada proses di dalamnya. Dan proses selalu berkaitan erat dengan halang dan rintang. Kalo ga ada usaha, halang dan rintang namanya instan dong ya bu. Indomie kali, indomie aja harus direbus dulu. Oke skip

Oke mari kita perluas lagi dari konteks proses pernikahan. Kalo gitu kesannya hanya pada acara weddingnya saja. Tapi sebenarnya kan itu lebih secara menyeluruh. Proses menggenapkan separuh agama, penemuan tulang rusuk yang hilang, mitsaqon ghazilan, perjanjian yang menggetarkan bumi dan seluruh isinya, ikatan suci dua insan manusia, elehembre elehembre.

Kalo gitu gimana rasanya fit? Lu kan keliatan santai santai aja tuh. Lu nya ga ngurusin ya?

Hmmm. Bohong kalo gw bilang gw santai santai aja. Bohong kalo gw bilang gw tinggal ngikut aja. Ya walaupun basically gw lebih ke arah pasrah karena keterbatasan gw dan si mas dalam jarak dan waktu. Juga kapasitas orangtua kita sebagai pemegang tahta kepengurusan. Gw dan di mas beda kota. Ibunya si mas single parent, beda kota sama kita. Ibu gw beda kota sama kita. Bapak gw juga beda kota sama kita dan ibu. Aaaah ribet.

Kalo mau diambil cuek sebenarnya pengen, tapi maaaan, cmon ini lu mau kawin loh. Lu mau bareng, tinggal, ngejalanin sisa hidup lu sama satu orang doang. Bakalan punya anak, punya keluarga baru, hidup mandiri, dan surga lu bakal berpindah ke seorang anak manusia!

Nangis, marah, sedih, ragu, kecewa adalah rasa rasa wajar yang pasti bakalan mampir. Yaelah pacaran monyetmonyetan aja bisa begitu apalagi mau kawin yakan. Not to mention rasa lega, takjub, seneng, bahagia, excited yang juga mampir sih. Rasa percaya nggak percaya ada laki-laki yang dengan segala keterbatasannya meminta elu buat jadi pasangan hidupnya. Milih elu woy, bukan orang lain. Dan ajaibnya, lu mau aja, gitu!

Bakalan banyak banget kejadian ga terduga. Mulai dari yg katanya bakalan muncul keraguan-keraguan dari calon mempelai. Kaya orang masa lalu yang tiba-tiba datang atau apalah. Thank God jarak dari deal ke hari H gw ga lama *kibar bendera putih*.

Belum lagi pihak pihak sekitar yang tadinya support dan restu bisa tiba tiba aja berubah pikiran, jadi berat, eh restu lagi, eh berat lagi. Belum lagi godaan eksternal nan duniawi. Tiba-tiba ada kerjaan lah, tiba-tiba urusan kuliah ribet banget lah. Mau netapin tanggal tapi gonta ganti lah. Udah deket hari H masih ganti lah. Ada yang maunya kepentingannya didahuluin lah. Ada yang nyinyirin begini begitu. Vendor (cailah vendor) yang mencla mencle lah gabisa diajak kerjasama.

Apalagi waktu lagi sensitif dan cape karena perihal lain, rasanya kaya ga ada tempat buat cerita, kaya ga ada bahu yang bisa nopang, kaya ga ada tangan yang bantu bertahan. Like you just wanna scream out "OMG I just want to pass this". Sedikiiiiit aja masalah atau ketidakberesan bisa jadi boooom!

Intinya apa nih fit?

Sebenarnya ga ada intinya sih. Cuma mau curhat gapenting aja hahahaha. Sama mau bilang, kalo ada yang bilang orang mau nikah itu auranya beda lah, senyum senyum teruslah, weeeek kagak bener. Jadi yg mau nikah jangan expect kebanyakan whahahahaha. Bersiap siaplah akan terkurasnya tenaga, hati dan pikiran. Yakinkah diri bahwa benar benar siap, bukan hanya ingin. Karena kalau ingin doang mah, semua juga ingin 😂😂.
Karena ga selamanya suatu hal itu sama persis dengan ekspektasi kita. Kita cuma bisa usaha, doa, dan yakin yakin yakin. Kurangin ego pribadi terutama ke orang tua, percaya sama pasangan dan jangan gengsi minta maaf and let God do the rest!

Saturday 21 May 2016

Menuju Halal: Mau Nikah Tapi Kok Belum Ini dan Itu

"Wah alhamdulillah mau nikah yah? Tapi bukannya kamu belum ini? Terus calonnya belum itu? Terus nanti gimana?"

Nggak dipungkiri masalah utama bagi (kebanyakan) calon pasangan adalah bukan pada proses nikah melainkan pada embel-embel sebelum pernikahan itu sendiri. Ada laki-laki yang sudah siap menghadap orang tua calon wanita, tetapi kemudian ditolak dengan berbagai alasan. Ataupun sebaliknya, orangtua merasa nggak sreg dengan pilihan dari anak laki lakinya. Mulai dari alasan belum lulus kuliah, belum punya pekerjaan tetap, belum punya rumah, belum punya kendaraan pribadi, tidak boleh melangkahi kakak yang belum menikah hingga karena perbedaan suku bahkan karena perhitungan kecocokan (anak kesatu tidak cocok dengan anak ke sekian, dan sebagainya) *yakin pasti banyak yang ngangguk-ngangguk waktu baca ini*

Kami juga tentu saja tidak luput dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Izinkan kami curhat sedikit ya, hehe. Keluarga gw berasal dari suku Palembang (Ibu) dan Jawa Timur (Ayah). Keluarga besar gw sebagian besar berada di Sumatera Selatan, tapi kami dari piyik sudah tinggal di Bandar Lampung. Sedangkan sejak 5 tahun lalu gw sendiri berdomisili di Depok, Jawa Barat untuk kuliah.

Sedangkan si Mas, berasal dari suku Bugis (Ibu dan Alm. Ayah) dengan sebagian besar keluarga besar berada di Pinrang, Sulawesi Selatan. Namun dari piyik keluarga si mas sudah di Bekasi. Dan si mas sendiri berdomisi di Yogyakarta, juga untuk kuliah

Ribet yah? Kok bisa aja ketemu sih, Fit? Hehe kalau itusih butuh cerita satu postingan sendiri hahaha. Oke skip.

Kembali lagi ke "permasalahannya". Yak, gw dan si mas sama-sama masih kuliah dan menjalani hubungan spesial LDR selama hampuir 5 tahun hehe. Btw si mas usianya 1 tahun diatas gw, dan kami sama-sama anak pertama. Gw sendiri kuliah S2 semester (insyaAllah) terakhir dan si mas masih kuliah S1. Dan tentu saja kami belum memiliki pekerjaan tetap. Gw pun sedang kejar-kejaran dengan pengerjaan tesis dalam persiapan pernikahan ini. 

Lalu apakah gw akan langsung bekerja setelah selesai kuliah? Alhamdulillah, gw mendapatkan suatu kesempatan beasiswa untuk kuliah lagi di negeri orang nun jauh di sana. Pengumuman kepastian keberangkatan baru akan ada di bulan Juli. Sebenarnya ini juga yang mendasari mengapa kami berencana ingin menikah di bulan Juli. Yaitu apabila ternyata gw jadi berangkat, kami sudah sah menjadi suami istri :) . Kalau ternyata nggak jadi? Berarti memang rejekinya deketan terus. Hehe

Karena kenalannya sudah cukup panjang, mari beralih pada "ketidakbiasaan" yang kami miliki hehe. Supaya ga bingung, gw list aja kali yah pertanyaan yang seriiing banget diajuin oleh orang-orang terdekat kami. Walaupun beberapa pertanyaan ada yang nyess tapi kami yakin pertanyaan itu karena mereka sayang sama kami :) So kalau kalian dapat pertanyaan serupa jangan keburu bete duluan yah! So here they are:

Sunday 15 May 2016

Menuju Halal: Persiapan Acara Pernikahan dengan Anggaran Terbatas



She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter

Entah kenapa saat gw menulis ini saat pengamen biola kesukaan gw pas banget membawakan lagunya Brian McKnight ini hehehe jadi senyum-senyum sendiri.

Alhamdulillah jadi insya Allah gw dan si mas akan menikah dalam waktu dekat! Lumayan deg-deg ser juga sih karena persiapannya baru di mulai H-2 bulan lebih dikit! Ga takut pamali Fit nulis hal yang “belum kejadian”? Gw mikirnya sih daripada nulisnya nanti-nanti malahan keburu males jadi dicicil aja dulu

Sebenernya keinginan menulis ini karena jujur kami sangat terbantu dengan orang orang yang menuliskan pengalaman persiapan pernikahannya dari A-Z. Sayangnya banyak dari tulisan tersebut yang enggan untuk membuka  secara gamblang masalah rincian biaya dengan alasan privasi. 

Padahaaaaaaal salah satu masalah terbesar dalam niat pelaksanaan pernikahan itu masalah biaya, hayo siapa yg setuju? Hehe. Hayo siapa yang suka googling dengan keyword “Persiapan resepsi sederhana” “Tips resepsi hemat biaya” “Resepsi dengan sekian sekian juta” “Walimahan di rumah” *angkat tangan tinggi tinggi*

Thursday 4 February 2016

Kalau ada satu hal yg ingiiin sekali bisa terwujud di tahun ini, pasti adalah: menyederhanakn hidup dan syarat bahagia