Sunday 14 December 2014

So I Forgot Dad's Birthday



Sore setengah lima. Angin sepoi-sepoi yang agak sedikit terlalu bersemangat di luar sana. Ditemani secangkir kecil susu coklat kental plus sereal coklat. Kok coklat ketemu coklat? Hmm memangnya kenapa? Bukankah tidak semuanya yang sama bila bersatu itu kan menjadi sesuatu yang buruk dan aneh? Ya, seperti persamaan sifat dua anak manusia. Ha sudahlah lupakan.

Sebenarnya agak kesal dengan dia yang suka membuat “janji” untuk pergi ke sana maupun ke mari namun sejurus kemudian menghilang hingga lamaaaa sekali. Tak bisa dihubungi. Bukan sekali dua kali, tapi seriiing. Gue pasti akan mengerti kalau memang nggak jadi atau nggak bisa, tapi tolong beri kabar. Padahal sebenarnya gue ingiiin sekali pergi ke Jakarta Lantern Festival di Lapangan Banteng, tapi hari ini habis hanya untuk menunggui kabar dari dia. Ah, sudahlah, gue rasa keakuran kita jauh lebih berharga daripada sebuah kencan di satu hari, bukankah selama ini dia tak pernah protes sedikitpun menerima kekurangan gue?

Ngomong ngomong, kemarin gue menilik layar handphone gue dan melihat tanggal yang tertera. 13/12/2014.

Hah 13 Desember? Gue tertegun. Berarti kemarin 12 Desember? Beberapa hari belakangan yang kurang produktif membuat gue melupakan tanggal. Gue melupakan ulangtahun Ayah. Gue nggak sms atau numpang nyampein kaya tahun-tahun sebelumnya. Orang rumah juga nggak ada yang mengingatkan karena memang gue sangat jarang menelpon ke rumah. Guepun langsung bbm adek gue, menanyakan pertanyaan retoris, Ayah kemaren ulangtahun ya? Adek gue hanya mengiyakan. Rupanya Ayah lagi ada di rumah. Gue tetap tidak mengucapkan atau menitipkan ucapan apapun.

Ya, buat Ayah memang ulangtahun memang bukanlah sesuatu yang patut dirayakan. Kata Ayah, seharusnya kita sedih karena jatah kontrak manusia di dunia yang biasanya 60 tahun itu udah berkurang lagi. Hmmm bener juga sih. Guepun mengambil kalkulator, 2014 – 1966 = 48

Hmm sudah 48 tahun rupanya. Terkadang kita memang terlalu sibuk untuk tumbuh dewasa dan lupa bahwa orangtua kitapun ikut bertambah tua. Bertambah renta. Nggak ada kado yang bisa gue berikan. Hanya sedikit doa, supaya Ayah selalu sehat dan bahagia, bisa cepet naik haji, gue cepet lulus biar bisa ngasih kado yang pasti udah dia tunggu-tunggu banget. Maaf ya Yah nggak berhenti-berhenti ngabisin uang. You’re the best Dad I could have. Kangen

No comments:

Post a Comment